makalah
Hadits Tentang Iman
Tugas Terstruktur Ini Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas
Mata kuliah MPDP Hadits 1 (Kelompok1)
DOSEN PENGAMPU:
Moh.Syifaul Fuad, M.Pd.I
Di Susun Oleh:
Danang Agus Prastyo
Reni Tri Astuti
Ahmat Iskandar
Moh.dardiri
Katini Ningsih
Imam Wahyudi
PAI 6B
INSURI PONOROGO 2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Dengan mengucapkan
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan segala nikmat serta hidayah – NYA kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyeleseikan tugas Akhir mata kuliah “ MPDP SKI“.
Penulis menyadari
bawasannya penulis tidak dapat menyelesaikan tugas akhir ini tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada ;
- Moh.Syifaul Fuad ,M.Pd.I selaku dosen pembimbing kami, yang selalu memberi saran dan masukan kepada penulis.
- Teman – teman Fakultas Tarbiyah jurusan PAI S – 1 yang selalu memberikan masukan – masukan dan dorongan semangat kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari bawasannya tugas ini sangat
jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu segala kritikan dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan sangat penulis harapkan. Mudah – mudahan tugas akhir
ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca umumnya, dan berguna bagi penulis.
Ponorogo, April 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Cover......................................................................................................................................I
Kata
pengantar.......................................................................................................................II
Daftar
isi.................................................................................................................................III
Bab I Pendahuluan..................................................................................................................1
A) Latar
belakang.............................................................................................................1
B) Rumusan
masalah........................................................................................................1
Bab II Pembahasan..................................................................................................................2
A) Pengertian
iman dalam alqur’an dan hadits................................................................2
B) Rukun
iman dan hal-hal yang membatalkan
iman......................................................2
C) Iman
menurut ahlussunah wal
jamaah........................................................................3
Bab III Penutup.......................................................................................................................7
A) Kesimpulan.................................................................................................................7
B) Saran...........................................................................................................................7
Daftar
Pustaka.........................................................................................................................IV
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Iman Dalam Al-Qur’an dan Hadits[1]
Arti iman dalam Al-Qur’an maksudnya membenarkan dengan penuh Keyakinan bahwa Allah SWT. mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-hambaNya dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas. Dan bahwaNya Al-Qur’an adalah kalam Allah yang Ia firmankan dengan sebenarnya.
Arti Iman dalam Hadits maksudnya iman yang merupakan pembenaran batin. Rasullallah menyebutkan hal-hal lain sebagai iman, seperti akhlak yang baik, bermurah hati, sabar, cinta Rasul, cinta sahabat, rasa malu dan sebagainya.Sedangkan pengertian iman menurut bahasa dan istilah adalah Sebagai berikut :
Menurut bahasa, iman berarti pembenaran hati. Sedangkan menurut istilah iman adalah
“Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan”
Arti iman dalam Al-Qur’an maksudnya membenarkan dengan penuh Keyakinan bahwa Allah SWT. mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-hambaNya dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas. Dan bahwaNya Al-Qur’an adalah kalam Allah yang Ia firmankan dengan sebenarnya.
Arti Iman dalam Hadits maksudnya iman yang merupakan pembenaran batin. Rasullallah menyebutkan hal-hal lain sebagai iman, seperti akhlak yang baik, bermurah hati, sabar, cinta Rasul, cinta sahabat, rasa malu dan sebagainya.Sedangkan pengertian iman menurut bahasa dan istilah adalah Sebagai berikut :
Menurut bahasa, iman berarti pembenaran hati. Sedangkan menurut istilah iman adalah
“Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan”
B.Rukun Iman Dan Hal-Hal Yang Membatalkan
• Rukun iman terbagi menjadi enam yaitu:
1.Iman kepada Allah SWT
2.Iman kepada para Malaikat
3.Iman kepada Kitab-kitab
4.Iman kepada para Rasul
5.Iman kepada Hari Kiamat
6.Iman kepada Qadha dan Qadar
• Rukun iman terbagi menjadi enam yaitu:
1.Iman kepada Allah SWT
2.Iman kepada para Malaikat
3.Iman kepada Kitab-kitab
4.Iman kepada para Rasul
5.Iman kepada Hari Kiamat
6.Iman kepada Qadha dan Qadar
Hal - hal yang membatalkan iman
Pembatal iman atau “nawaqidhul iman” adalah sesuatu yang dapat menghapuskan iman sesudah iman masuk didalamnya yakni antara lain:
1.Mengingkari rububiyah Allah atau sesuatu dari kekhususan- kekhususanNya, atau mengaku memiliki sesuatu dari kekhususan tersebut atau membenarkan orang yang mengakuinya.
2.sombong serta menolak beribadah kepada Allah
3.menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia mintai (pertolongan) selain Allah.
4.menolak sesuatu yang ditetapkan Allah untuk diriNya atau yang ditetapkan oleh RasulNya.
5.mendustakan Rasullullah.
6.mengolok-olok atau mengejek-ejek Allah atau Al-Qur’an atau agama Islam atau pahala dan siksa yang sejenisnya, atau mengolok-olk Rasullullah atau seorang Nabi, baik itu gurauan maupn sungguhan, dan lain sebagainya.
Pembatal iman atau “nawaqidhul iman” adalah sesuatu yang dapat menghapuskan iman sesudah iman masuk didalamnya yakni antara lain:
1.Mengingkari rububiyah Allah atau sesuatu dari kekhususan- kekhususanNya, atau mengaku memiliki sesuatu dari kekhususan tersebut atau membenarkan orang yang mengakuinya.
2.sombong serta menolak beribadah kepada Allah
3.menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia mintai (pertolongan) selain Allah.
4.menolak sesuatu yang ditetapkan Allah untuk diriNya atau yang ditetapkan oleh RasulNya.
5.mendustakan Rasullullah.
6.mengolok-olok atau mengejek-ejek Allah atau Al-Qur’an atau agama Islam atau pahala dan siksa yang sejenisnya, atau mengolok-olk Rasullullah atau seorang Nabi, baik itu gurauan maupn sungguhan, dan lain sebagainya.
c. Iman Menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah[2]
Iman itu mencakup tiga hal :
- Ikrar dengan hati.
- Pengucapan dengan lisan.
- Pengamalan dengan anggota badan
Jika keadaannya demikian, maka iman itu akan bisa bertambah atau
bisa saja berkurang. Lagi pula nilai ikrar itu tidak selalu sama. Ikrar atau
pernyataan karena memperoleh satu berita, tidak sama dengan jika langsung
melihat persoalan dengan kepala mata sendiri. Pernyataan karena memperoleh
berita dari satu orang tentu berbeda dari pernyataan dengan memperoleh berita
dari dua orang. Demikian seterusnya. Oleh karena itu, Ibrahim ‘Alaihis Sallam
pernah berkata seperti yang dicantumkan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ
تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي
“Ya Rabbku,
perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang yang mati.
Allah berfirman : ‘Apakah kamu belum percaya’. Ibrahim menjawab : ‘Saya telah
percaya, akan tetapi agar bertambah tetap hati saya”. (Al-Baqarah : 260)
Iman
akan bertambah tergantung pada pengikraran hati, ketenangan dan kemantapannya.
Manusia akan mendapatkan hal itu dari dirinya sendiri, maka ketika menghadiri
majlis dzikir dan mendengarkan nasehat didalamnya, disebutkan pula perihal
surga dan neraka ; maka imannya akan bertambah sehingga seakan-akan ia
menyaksikannya dengan mata kepala. Namun ketika ia lengah dan meninggalkan
majlis itu, maka bisa jadi keyakinan dalam hatinya akan berkurang.
Iman juga akan
bertambah tergantung pada pengucapan, maka orang berdzikir sepuluh kali tentu
berbeda dengan yang berdzikir seratus kali. Yang kedua tentu lebih banyak
tambahannya.
Tentang bertambah atau berkurangnya iman, ini telah disebutkan di
dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Allah Ta’ala berfirman.
وَمَا
جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ
الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا
“Dan tidaklah Kami
menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang
kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab yakin dan supaya orang-orang yang
beriman bertambah imannya”. (Al-Mudatstsir : 31)
وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ
أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ
إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ
“Dan
apabila diturunkan suatu surat, maka diantara mereka (orang-orang munafik) ada
yang berkata : ‘Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini ?’ Adapun orang
yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira.
Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah
kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati
dalam keadaan kafir”. (At-Taubah : 124-125)
Yang menyebabkan
iman itu bisa bertambah Ada beberapa sebab, di antaranya:
· Mengenal
Allah (Ma’rifatullah) dengan nama-nama (asma’) dan
sifat-sifat-Nya. Setiap kali marifatullahnya seseorang itu bertambah, maka tak
diragukan lagi imannya akan bertambah pula. Oleh karena itu para ahli ilmu yang
mengetahui benar-benar tentang asma’ Allah dan sifat-sifat-Nya lebih kuat
imannya daripada yang lain.
· Memperlihatkan
ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah yang berupa ayat-ayat kauniyah
maupun syar’iyah. Seseorang jika mau memperhatikan dan merenungkan
ayat-ayat kauniyah Allah, yaitu seluruh ciptaan-Nya, maka imannya akan
bertambah. Allah Ta’ala berfirman.
وَفِي
الأرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا تُبْصِرُونَ
“Dan
di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin,
dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan” (Adz-Dzariyat : 20-21).
Ayat-ayat
lain yang menunjukkan bahwa jika manusia mau memperhatikan dan merenungkan alam
ini, maka imannya akan semakin bertambah.
· Banyak
melaksanakan ketaatan. Seseorang yang mau menambah ketaatannya, maka akan
bertambah pula imannya, apakah ketaatan itu berupa qauliyah maupun fi’liyah.
Berdzikir -umpamanya- akan menambah keimanan secara kuantitas dan kualitas.
Demikian juga shalat, puasa dan haji akan menambah keimanan secara kuantitas
maupun kualitas.
Adapun penyebab
berkurangnya iman adalah kebalikan daripada penyebab bertambahnya iman, yaitu:
· Jahil
terhadap asma’ Allah dan sifat-sifat-Nya. Ini akan menyebabkan berkurangnya
iman. Karena, apabila mari’fatullah seseorang tentang asma’ dan sifat-sifat-Nya
itu berkurang, tentu akan berkurang juga imannya.
· Berpaling
dari tafakkur mengenai ayat-ayat Allah yang kauniyah maupun syar’iyah. Hal ini
akan menyebabkan berkurangnya iman, atau paling tidak membuat keimanan
seseorang menjadi statis tidak pernah berkembang.
· Berbuat
maksiat. Kemaksiatan memiliki pengaruh yang besar terhadap hati dan keimanan
seseorang. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda : “Tidaklah seseorang itu berbuat zina ketika melakukannnya
sedang ia dalam keadaan beriman”. (Al-Hadits)
· Meninggalkan
ketaatan. Meninggalkan keta’atan akan menyebabkan berkurangnya keimanan. Jika
ketaatan itu berupa kewajiban lalu ditinggalkannya tanpa udzur, maka ini
merupakan kekurangan yang dicela dan dikenai sanksi. Namun jika ketaatan itu
bukan merupakan kewajiban, atau berupa kewajiban namun ditinggalkannya dengan
udzur (alasan), maka ini juga merupakan kekurangan, namun tidak dicela. Karena
itulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menilai kaum wanita
sebagai manusia yang kurang akal dan kurang agamanya. Alasan kurang agamanya
adalah karena jika ia sedang haid tidak melakukan shalat dan puasa. Namun ia
tidak dicela karena meninggalkan shalat dan puasa itu ketika sedang haid,
bahkan memang diperintahkan meninggalkannya. Akan tetapi jika hal ini dilakukan
oleh kaum laki-laki, maka jelas akan mengurangi keimanannya dari sisi yang satu
ini.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1.
Arti iman dalam Al-Qur’an maksudnya membenarkan dengan penuh Keyakinan
bahwa Allah SWT. mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-hambaNya
dengan kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas..
Arti Iman dalam Hadits maksudnya iman yang merupakan pembenaran batin. Rasullallah menyebutkan hal-hal lain sebagai iman, seperti akhlak yang baik, dll
Arti Iman dalam Hadits maksudnya iman yang merupakan pembenaran batin. Rasullallah menyebutkan hal-hal lain sebagai iman, seperti akhlak yang baik, dll
2.
Rukun iman
terbagi menjadi enam yaitu:
1.Iman kepada Allah SWT
2.Iman kepada para Malaikat
3.Iman kepada Kitab-kitab
4.Iman kepada para Rasul
5.Iman kepada Hari Kiamat
6.Iman kepada Qadha dan Qadar
1.Iman kepada Allah SWT
2.Iman kepada para Malaikat
3.Iman kepada Kitab-kitab
4.Iman kepada para Rasul
5.Iman kepada Hari Kiamat
6.Iman kepada Qadha dan Qadar
3.Iman itu mencakup tiga hal :
Ikrar dengan hati. , Pengucapan dengan
lisan. Dan Pengamalan dengan anggota badan
B.Saran
-
Penulis mohon maaf apabila dalam menulis makalah ini masih kurang sempurna
.karena ketrebatasan ilmu dan sumber (buku).Untuk itu penulis mohon saran dan
kritik yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA
http://aliph.wordpress.com/2007/01/23/pengertian-iman-menurut-ahlus-sunnah-wal-jamaah/
http://www.scribd.com/doc/25481906/Pengertian-Iman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar